Hitam Putih PTSM

Selama satu tahun mengajar di Pesantren Terpadu Serambi Mekkah (PTSM) begitu banyak kisah yang saya alami. Terjebak dalam dua warna dunia, ada hitam ada putih, ada suka ada duka, ada tawa ada tangis. Mulai dari sekarang saya akan mencoba mengisahkan beberapa kisah yang pernah saya jalani selama di PTSM. Walau kadang mungkin seperti terjadi dramatisasi, namun itu bukanlah sesuatu hal yang disengaja.
Saya akan menceritakannya kembali dalam bentuk serial. Disetiap episode akan terjadi perubahan tema atau judul pembahasan. Serial ini akan saya terbitkan sekali dalam dua minggu, dengan tujuan agar pembaca tidak menjadi bosan. Dengan sebegitu banyak kisah, maka saya hanya akan memilih sepuluh kisah terindah, terkonyol, teraneh, dan ter ter lainnya. Untuk saya tulis dalam blog ini. Selamat menikmati…
Kisah pertama…
Ini adalah kisah tentang pengalaman pertama saya ketika megajar di PTSM…
Pagi itu, kira-kira jam delapan pagi, saya pegi ke kantor (sekolah). Dengan berpakaian resmi layaknya seorang guru pesantren; mengenakan baju koko dengan celana dasar sanwos warna hitam, oops… ada yang kurang, saya tidak pakai sepatu, hanya pakai sandal.

Ngomong2 masalah sepatu, saya adalah orang yang paling malas pakai sepatu, pakai sepatu membuat pikiran saya jadi sumpek, sehingga tidak bisa mengeluarkan ide…(ini bukan contoh yang baik, jgn di tiru!!!)
Sampai di kantor, secara kebetulan saya ketemu dengan Pak Albert (the Big Boss). Karena kebetulan saya belum punya jadwal mengajar, dan anehnya lagi, kebetulan juga ada guru yang berhalangan hadir di kelas ХỊ IPS. Maka terjadilah malapetaka yang berawal dari kebetulan ini.
Kami berdua masuk kekelas ХỊ IPS, waktu Pak Albert masuk suasana kelas menjadi tenang, sepertinya Pak Albert adalah sosok yang diperhitungkan di sekolah ini. Pak Albert kemudian mempersilahkan saya untuk duduk di depan alias meja penguasa kelas. Kemudian Pak Albert memulai acara PBM dengan mengembalikan kosentrasi para murid yang mulai buyar dengan memainkan beberapa games uji kosentrasi. -Adopsi metode quantum teaching, saya kenal metode ini ketika saya ikut pelatihan waktu ngajar di sana-.
Setelah murid2 merasa enjoy, Pak Albert kemudian memberikan beberapa kalimat motivasi kepada murid2 demi membangkitkan minat mereka untuk mampu berkomunikasi dengan bahasa asing. Satu kalimat terindah yang pernah saya dengar dari mulut Pak Albert waktu itu ialah : “if you never start! You will get nothing”. Saya kira, itulah satu-satunya mutiara yang pernah keluar dari mulut Pak Albert selama saya disana!
Selesai mengucapkan kalimat tersebut, Pak Albert keluar setelah sebelumnya memberikan tampuk penguasa kelas kepada saya.
Proses perkenalan dimulai dengan tanya jawab beberapa pertanyaan klasik; nama, tempat tanggal lahir, jenjang pendidikan, status, dan lain-lain.
Setelah itu berlanjut dengan beberapa obrolan ringan. Berbicara beberapa menit, perlahan saya mulai merasakan terjadinya perubahan yang aneh dalam tubuh saya. Rasanya suhu tubuh saya menjadi panas, darah dari sekujur tubuh mendadak naik, mengumpul di kepala, sehingga kepala saya terasa panas dan wajah saya berubah menjadi merah, keringat dingin mulai keluar dari pori-pori kulit, air mata seakan mau pecah… oh Tuhan!!! Tolonglah HambaMu ini…
Mulai saat itu, saya tidak pernah tahu apa yang telah saya sampaikan kepada mereka, bahkan sampai sekarangpun saya tidak pernah tahu.
Sambil terus bicara dalam keadaan panik, akhirnya penderitaan saya berakhir seiring bunyi bel tanda pergantian jam pelajaran. Alhamdulillah…
Dengan sisa tenaga yang masih ada saya melangkah keluar. Tiba-tiba seorang murid berkata: “baru pertama kali ngajar stadz?!” arrghhhh…
To be continued…

Jangan pernah bosan untuk mengikuti kisah selanjutnya dengan judul “Kau Seperti Hantu” akan terbit dua minggu yang akan datang…



0 Comments: