“Pemberontak” Pintar VS Bodoh

Prolog
Pada edisi perdana tentang kisah pengalaman di PTSM saya mengangkat kisah tentang pengalaman pertama ketika mengajar di sana. Semestinya, sebagaimana telah saya janjikan bahwasanya pada edisi kali ini akan membahas kisah dengan tema “kau seperti hantu” namun, karena menurut saya bahasannya terlalu sensitif jadi untuk kali ini saya meceritakan sekaligus mengkritisi semacam budaya aneh yang dipraktekkan oleh santri PTSM (bukan Santriwati). Tapi, bukan berarti saya tidak akan menerbitkan kisah tersebut, doa’in aja…
Sebenarnya kisah ini hanya untuk para santri(bukan santriwati). Jadi, kepada para santriwati tidak diharapkan untuk mengiyakan atau membenarkan kisah ini. Cukup di baca saja……
* * *
Pada suatu kesempatan, seorang pembina asrama di PTSM pernah menyatakan, entah itu saking kesalnya melihat tingkah laku santri yang aneh atau memang begitu keadaannya. “santri kita ini aneh dech, nakalnya mereka itu adalah nakal goblok!!!” saya waktu itu juga sedikit bingung dengan pernyataan “nakal goblok”, artinya apa ya? Mang biasanya nakal juga merupakan tanda2 kegoblokan.
“Kenapa stadz?” tanya saya minta penjelasan lebih lanjut

“mereka itu nakal, Cuma nakalnya itu akan lebih di tonjolkan dihadapan kita. Contohnya begini ; mereka itu suka melanggar ketika berada dalam pengawasan ustadz2, salah satunya ada yang melanggar dengan memakai celana jeans atau baju kaos pendek ketika baru keluar dari lingkungan pesantren, padahal mereka tau kalau mereka masih dalam pengawasan pengasuh (ustadz)”
juga yaa… mang kalau dilihat dari cara mengekspresikan kenakalan anak2 di sini memang kurang profesional aliaz oon ghitu… saya jadi teringat masa lalu saya ketika dididik dalam lingkungan seperti mereka dalam mengekspresikan kenakalan kami waktu itu. Walau kami melanggar peraturan sekolah, namun pelanggaran kami berdasarkan prinsip alias idealis.
Ketika saya duduk dibangku Aliyah, setingkat SMA/MA kenakalan yang sering kami pertontonkan adalah bagaimana caranya supaya kami tidak bisa ikut dalam barisan mereka yang ikut dalam pelaksanaan upacara bendera yang diadakan setiap senin pagi. Karena, pada dasarnya kami menganggap peraturan sekolah yang mewajibkan semua siswa harus ikut dalam pelaksanaan upucara bendera adalah sesuatu yang tidak penting dan kami juga berprinsip memberi hormat kepada bendera merah putih adalah sesuatu yang berlebihan, wong sama orang tua sendiri aja hormatnya kadang2 gak sebegitu amat.
Maka ketika pelaksanaan upacara bendera biasanya kami besembunyi alias ngumpet dengan memanjat loteng asrama. Jadi walaupun ada patroli keamanan sekolah kami juga gak bakalan ketahuan. Dan cara yang paling pintar yang kami lakukan adalah dengan memasang wajah cuek. Tapi, ini sedikit beresiko juga kalau gak pintar akting, caranya adalah; kami hanya duduk santai aja didepan asrama atau mundar mandir kamar mandi atau pura2 makan. Dan ketika patroli datang pasang wajah tak bersalah aja. Dijamin tidak akan ditindak ama keamanan, tapi mang harus punya kemampuan akting kayak artis senior. Salah2 kalau sampai ketika bertemu keamanan terpasang wajah bersalah, sudah…

Kembali ke PTSM, kenakalan diusia remaja itu normal. Cuma kalau kenakalannya bersifat tidak penting dan gak punya strategi itu sich abnormal. Salah satu kenakalan yang tidak normal adalah melanggar peraturan asrama yang mewajibkan seluruh santri untuk sholat berjamah di masjid.
Pada suatu subuh, sehabis melaksanakan shalat, kami (para pembina asrama) merasa jamaah yang hadir dalam masjid sangatlah sedikit.
“Kayaknya ada yang gak beres ni, gimana kalau kita grebek asrama santri dan kita giring kelapangan mereka yang tidak shalat ke masjid” pak ulil memberi saran waktu itu.
“Boleh! Yuk kita samperin mereka yang gak shalat di masjid” kata yang lain menimpalin.
Dengan langkah tegap, kami menuju asrama dan berjaga-jaga terhadap kemungkinan yang tidak diharapkan akan terjadi, dengan menjaga pintu2 yang bisa mengakibatkan buruan kami untuk kabur. Sebagian pembina asrama mendatangi kamar2 santri yang tidak ada pembinanya (waktu itu ada dua kamar yang tidak ada pembinanya).
Jegarrrr…pak Ulil masuk asrama sambil membanting pintu diiringi dengan teriakan pak Asep yang kencang menyuruh santri yang masih tertidur lelap keluar dari kamar mereka. Hanya dalam hitungan detik para santri tadi, lari terbirit-birit tak tentu arah. Bahkan ada yang belum mengambil pakaian shalat mereka. Tapi, karena ketakutan sudah sampai diubun-ubun mereka, yang mereka tahu hanya lari.
Tapi sayang, ruang lari terlalu kecil untuk dapat kabur dari kejaran singa. Apalagi pintu untuk kabur kedunia lain juga dijaga oleh beberapa singa lainnya. Mereka lari menyonsong kegelapan subuh, ada yang lari kekamar mandi, ada yang masuk gudang, ada juga yang besembunyi dibalik jemuran.
Saya yang waktu itu, masuk kedalam gudang. Instinc pembunuh dan feeling saya menunutun saya untuk menyisir kegelapan gudang, melihat kalau ada buruan yang lari kesini. Dalam gudang yang gelap saya tidak bisa melihat keberadaan mereka. Sehingga saya memutuskan untuk mengambil sebuah papan kayu kecil. Dan saya melemparkannya kebawah tumpukan ranjang. Sekilas terlihat sosok buruan yang lari keluar dari gudang. Saya tidak tahu, apakah lembaran papan kayu saya tadi mengenai mereka atau tidak. Tapi, saya berharap tidak.
Akhirnya, hanya dalam hitungan menit seluruh buruan sudah terkumpul berjejar dilapangan. Bersiap-siap untuk dieksekusi.

Dari kejadiaan ini saya melihat, kenakalan yang diperagakan oleh anak2 PTSM kurang profesional, tanpa strategi, dan yang paling fatal gak ada orientasi, hampa, tanpa tujuan.
Coba pikirkan kembali, mereka tidak mempersiapkan kemungkinan terburuk yang bakal terjadi, ini merupakan bukti ketidak profesionalan mereka dalam bekerja. Dan yang paling penting, mereka melanggar peraturan yang sama sekali tidak merugikan orang lain. Tapi, mereka melanggar sesuatu yang memberi mamfaat bagi mereka. Shalat itu urusannya dengan Tuhan(Allah), jadi kalau mereka tidak shalat sama saja melanggar perintah Allah, bukan melanggar peraturan asrama. Intinya tujuan mereka tidak pergi ke masjid adalah contoh perbuatan abnormal yang gak jelas.
Melanggar aturan itu wajar. Tapi, mereka harus punya prinsip dalam melanggar peraturan, contoh; dalam undang-undang pesantren santri dilarang pakai baju lengan pendek. Yang harus mereka pertanyakan adalah mengapa dilarang? Apakah bedosa memakai baju lengan pendek? Apakah lengan laki2 termasuk aurat? Gk kan! Dan ini dijadikan sebagai prinsip melanggar peraturan, bukan karena kalian ingin memanas-manasi pembina dengan memakai baju lengan pendek di hadapan mereka. Ini mah namanya konyol atau bodoh.
Begitu juga dengan aturan pesantren yang lain, mereka harus bisa menganalisa dan mengidentifikasi peraturan. Misalnya merokok, dah jelas2 kan merokok itu merugikan diri mereka sendiri. Trus ngapain juga mereka lakukan. Merokok dan jelas merusak pribadi dan kesehatan mereka. Jadi merokok ya gk usah toh!. Dan begitu juga dengan shalat berjamaah, gak pentinglah buat dibantah. Shalat itu kan kebaikannya untuk pribadi kita juga koq…
To be continued…

Salam untuk anak PTSM, mudah2an tambah pintar yaa…;-)


0 Comments: