Hantu Flu Babi Selimuti Bumi

Dalam dua pekan terakhir masyarakat dunia disibukkan dengan kemunculan momok Swine Influenza (Flu Babi) yang telah menewaskan lebih dari seratus orang. Flu babi merupakan sejenis virus varian H1N1 yang berasal dari babi. Virus ini pertama kali ditemukan di Negara Meksiko dan selanjutnya menyebar cepat ke Amerika Serikat, Kanada, Selandia Baru, Spanyol, Israel. Di Negara asalnya virus ini telah menewaskan lebih dari seratus jiwa, dan lebih seribu orang telah diyakini terinfeksi olehnya.
Penularan penyakit influenza babi di Amerika Serikat dan Mexico ini telah menarik perhatian komunitas internasional, termasuk pemerintah Indonesia yang langsung meningkatkan surveilans penyakit dan memperketat pengawasan lalu lintas orang di pelabuhan laut dan udara untuk mengantisipasi penyebarannya.
Influenza babi atau “flu babi” awalnya merupakan penyakit respirasi akut sangat menular pada babi yang disebabkan oleh salah satu virus influenza babi, termasuk di antaranya virus influenza tipe A subtipe H1N1, H1N2, H3N1, H3N2.

Angka kesakitan akibat infeksi virus yang menyebar di antara babi melalui udara baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung dengan babi pembawa virus itu cenderung tinggi pada populasi babi namun tingkat kematian akibat penyakit ini rendah, antara satu persen hingga empat persen.
Kejadian flu babi pada populasi binatang tersebut umumnya sepanjang tahun dengan peningkatan kejadian pada musim gugur dan dingin.
Selain bisa terinfeksi virus influenza babi tipe A subtipe H1N1, babi juga bisa terinfeksi virus avian influenza H5N1 (flu burung) dan virus influenza musiman atau virus influenza yang biasa menyerang manusia. Bahkan kadang babi juga bisa terinfeksi oleh lebih dari satu tipe virus dalam satu waktu.
Kondisi yang demikian memungkinkan virus-virus tersebut saling bercampur dan memunculkan strain virus baru dari beberapa sumber (reassortant virus). Hal inilah yang antara lain membuat virus flu babi yang normalnya spesifik dan hanya menginfeksi babi kadang bisa menembus batas spesies dan menyebabkan kesakitan pada manusia.
Kejadian luar biasa penyakit infeksi influenza babi pada manusia beberapa kali pernah dilaporkan terjadi. Manusia biasanya tertular flu babi dari babi dan, meski sangat sedikit, dari orang yang terinfeksi karena berhubungan dengan babi atau lingkungan peternakan babi.
Kasus penularan flu babi dari manusia ke manusia sendiri terjadi dalam beberapa kasus namun masih terbatas pada kontak dekat dan sekelompok orang saja.
Gejala flu babi pada manusia umumnya serupa dengan gejala infeksi virus influenza yang biasa menyerang manusia yakni demam lebih dari 37,8 derajad celcius, sakit tenggorokan batuk, pilek, sakit kepala dan nyeri.
Presentasi klinis tipikal infeksi flu babi pada manusia yang serupa dengan inluenza biasa dan infeksi saluran pernafasan atas yang lain itu membuat sebagian besar kasusnya tidak terdeteksi dari surveilans influenza sehingga kejadian penyakit ini pada manusia secara global belum diketahui.
Tindakan pencegahan antara lain bisa dilakukan dengan menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit, menutup hidung dan mulut saat batuk atau bersin, mencuci tangan dengan air dan sabun, sebisa mungkin menghindari kontak dengan orang lain saat flu serta mencari pertolongan medis jika sakitnya parah supaya mendapatkan pengobatan.

Risiko Pandemi

Semua orang, utamanya mereka yang tidak secara reguler melakukan kontak dengan babi, tidak punya kekebalan terhadap virus influenza babi yang bisa mencegah infeksi virus sehingga jika virus babi berubah menjadi virus yang efisien menular dari manusia ke manusia maka berpotensi menimbulkan pandemi influenza.
Namun menurut WHO dampaknya masih sulit di prediksi, tergantung pada keganasan virus, kekebalan tubuh manusia, perlindungan silang oleh antibodi yang dibutuhkan tubuh dari infeksi influenza musiman dan faktor inang.
Sementara vaksin yang bisa melindungi manusia dari infeksi virus flu babi hingga kini belum ada.
Vaksin influenza biasa yang ada saat ini pun belum terbukti efektifitasnya dalam memberikan perlindungan dari infeksi terhadap influenza babi.
WHO bersama semua mitra dari berbagai institusi masih melakukan penelitian berlanjut untuk mengetahui efektifitas penggunaan vaksin tersebut dalam pencegahan flu babi.
Penanganan kasus influenza bisa dilakukan dengan pemberian obat antivirus untuk penyakit influenza biasa yang terdiri atas dua kelas yakni adamantane (amantadine dan remantadine), dan inhibitor neuraminidase influenza (oseltamivir dan zanamivir).
Namun WHO menyatakan belum memiliki cukup informasi untuk membuat rekomendasi tentang penggunaan obat antivirus dalam pencegahan dan penanganan infeksi flu babi.
Menurut organisasi tersebut, klinisi harus membuat keputusan berdasarkan penilaian klinis dan epidemiologis dengan mempertimbangkan keuntungan dan bahayanya untuk menggunakan obat antivirus sebagai prophylaxis atau untuk pengobatan pasien.
Dalam kejadian flu babi di Amerika Serikat dan Mexico, pemerintah setempat merekomendasikan penggunaan oseltamivir dan zanamivir untuk pencegahan dan pengobatan namun demikian kasus flu babi yang dilaporkan terjadi baru-baru ini umumnya bisa disembuhkan tanpa membutuhkan pertolongan medis khusus dan pemberian obat antivirus tertentu.

Virus lama, subtipe baru.

Flu babi sebenarnya penyakit pernapasan yang umum ditemukan pada babi, tapi strain virus yang ada saat ini mewabah dan menginfeksi manusia tampaknya subtipe yang tak pernah terlihat sebelumnya, baik pada babi maupun pada manusia.
Umumya flu babi tidak menular ke manusia. Menurut WHO, ketika terserang flu, babi akan sakit, 1-4 persen diantaranya mati. Di masa lalu, terkadang ada manusia yang tertular flu babi jika mereka melakukan kontak langsung dengan babi.
Strain flu babi baru ini adalah subtipe yang mengandung material genetik dari babi, burung dan manusia, kata WHO. Richard Besser, direktur pelaksana centers for Disease Control and Prevention, Amerika Serikat menyatakan, berbeda dengan kasus flu babi umunya, flu babi baru ini dapat menyebar antar manusia. Pada salah satu kasus di Amerika, seorang penderita flu babi tertular penyakit berbahaya itu dari pasanganya yang baru bepergian ke Meksiko.
Para ilmuwan menduga babi adalah "mangkuk pencampur" untuk beberapa virus flu. Burung tak dapat menularkan flu burung kepada manusia, namun, secara unik, babi rentan terhadap serangan flu yang menginfeksi burung.
Para ilmuwan telah lama khawatir, strain flu burung yang menginfeksi babi akan bermutasi dalam tubuh mamalia itu dan berkembang menjadi bentuk yang dapat menyerang manusia dan mamalia lain. Kemungkinan itulah yang terjadi sekarang.
Babi juga bisa terinfeksi lebih dari satu virus influenza pada saat yang sama, yang memungkinkan virus-virus itu saling berbagi gen, yang disebut "genetic reassortment", menciptakan lebih banyak virus baru, dan berpotensi lebih berbahaya dari virus sebelumnya.
Dari berbagai sumber*)



0 Comments: