Kontroversi “Knowing” dalam Perspektif Teologi Islam


Berawal dari sebuah peristiwa yang terjadi pada tahun 1959 di sebuah Sekolah Dasar di Amerika Serikat. Pada sebuah jam pelajaran, seorang guru menyuruh para muridnya untuk menghadirkan imajinasi mereka dalam sebuah bentuk lukisan yang bertemakan tentang ramalan mereka tentang apa yang akan terjadi dalam masa lima puluh tahun yang akan datang.
Semua murid yang berada dalam kelas tentu saja menyambut tugas tersebut dengan suka cita. Tapi, lain halnya dengan seorang murid bernama Lucinda. Lucinda yang di mata para gurunya dipahami sebagai murid yang selalu terlihat sedih tidak mengambar apa pun di lembaran sebesar kanvas yang disediakan oleh sang guru. Ia mengukir lembaran tersebut dengan deretan angka yang tidak bisa dipahami oleh sang guru dan juga teman-temannya.
Ketika waktu yang tersedia telah habis. Sambil mengamati hasil karya kreatifitas murid-muridnya, sang guru meminta mereka untuk mengumpulkan pekerjaan tersebutl. Ketika ia sampai di depan meja Lucinda yang terlihat masih sibuk dengan segala aktivitasnya, sang guru sangatlah kaget dengan tingkah si murid. Sambil memprotes pekerjaan Lucinda, sang guru langsung merebut pekerjaan yang belum sempurna tersebut.


Setelah semua murid mengumpulkan semua tugas mereka, tugas tersebut di simpan dalam sebuah tabung silinder berbahan baja untuk kemudian di tanam di halaman sekolah. Dan akan dibuka di kemudian hari yaitu selama lima puluh tahun yang akan datang. Pada acara penanaman penanaman tabung silinder, Lucinda tiba-tiba menghilang dari acara tersebut. Suasana menjadi panik, setelah beberapa lama mencari, akhirnya Lucinda ditemukan dalam keadaan kukunya bersimbah darah. Rupanya Lucinda menyempurnakan pekerjaannya dengan cara mencakar menggoreskan angka-angka dengan kuku tangannya disebuah daun pintu sebuah gudang.
Lima Puluh tahun kemudian, Professor Jhon, seorang pengajar Aerofisika di MIT dan Putranya Caleb secara tidak sengaja mampu menerjemahkan angka-angka tersebut. Pada waktu itu, Caleb dan teman-temannya yang notabene adalah murid di tempat Lucinda dulu pernah belajar diberi kehormatan untuk membuka masing-masing satu lembar kertas imajinasi tersebut. Dan secara kebetulan Caleb mendapatkan kertas kepunyaan Lucinda. Ketika melihat deretan angka tersebut, tentu saja Caleb yang juga seorang anak kecil yang terlihat mempunyai bakat alami dalam bidang Aerofisika tertarik dengannya.
Caleb kemudian membawa kertas tersebut pulang ke rumahnya. Ketika Jhon melihat anaknya membawa inventaris sekolah pulang, Jhon meminta Caleb untuk mengambilakan ke pihak sekolah.
Namun takkala Caleb sedang tidur, Jhon yang berprofesi sebagai seorang Aerofisikawan tergelitik untuk memecahkan kode-kode angka tersebut. Setelah ia melihat deretan angka tersebut sebagai sebuah kode yang mempunyai arti untuk dipecahkan.
Setelah berusaha dengan segenap tenaga, akhirnya Jhon menemukan sebuah fakta ajaib tentang angka tersebut. Deretan angka tersebut ternyata berisikan tentang catatan tragedi kemanusiaan di bumi yang banyak merengut banyak jiwa manusia dalam kurun lima dekade terakhir.
Dan sebuah tantangan datang dari angka-angka tersebut, yaitu keberadaan tiga tragedi tersisa yang salah satunya adalah sebuah tragedi tentang akhir dari sejarah manusia (hari kiamat). Dan teka-teki tentang akhir dunia ini diterjemahkan oleh sang sutradara film berjudul ‘Knowing’ yang dibintangi oleh Nicholas Cage ini.
Namun, dibalik imajinasi menawan sang sutradara tentu saja masih ada terdapat cacat yang akan menandai akan ketidak sempurnaan makhluk bernama manusia. Dan apabila kita lebih cermat dalam menganalisa film ini tentu saja akan menghadirkan sebuah fakta yang akan sangat mengagetkan kita semua, apalagi jika sebagai seorang muslim.
Oleh sebab itu maka kita akan menggunakan pisau analisa teologi dalam membedahnya. Dan tentu saja pisau analisa teologi yang saya gunakan adalah analisa seorang muslim.
Sebagai sebuah film yang sukses, tentu saja film ini ditonton oleh berbagai kalangan, dan tidak ketinggalan kaum muslimin. Walupun film ini bertemakan tentang hari kiamat yang juga terdapat dalam keimanan kaum muslimin. Namun sayangnya film ini sangatlah bertentangan dengan nilai keimanan kaum muslimin.
Dan pada saat ini saya hanya akan mengupas tentang apakah film ini dapat menambah keimanan kita sebagai seorang muslim kepada Allah, atau malah sebaliknya. Disebabkan saya juga termasuk orang yang sudah pernah menyaksikan film ini, saya cendrung untuk mengatakan bahwasanya film ini berusaha menghancurkan keimanan kaum muslimin terhadap alam metafisika. Dan menggantikannya dengan keimanan kepada Sains dengan menjadikan para Saintis sebagai Tuhannya.
Hal ini terlihat jelas dari cara mereka dalam mengasosiasikan hari kiamat sebagai sebuah efek dari tingkah laku manusia yang semakin tidak bersahabat dengan alam. Dan hal ini dapat dibaca oleh para saintis sebagai awal dari akhir dunia. Walaupun melalui sebuah ramalan yang tidak mempunyai sebuah dasar rasional ilmiah.
Ketika masyarakat dunia tersadar akan semua ini, tentunya mereka akan berpaling pada pada menuhankan Sains dengan segala hal yang terdapat di dalamnya. Dan apabila hal ini dapat mempengaruhi jiwa seorang muslim, tentu saja akan mengakibatkan sebuah erosi keimanan yang sedikit demi sedikit akan mengikis keimanan kita pada hari kiamat dan yang juga akan menjatuhkan kita pada menuhankan sains dengan Tuhan berjas putih yang terus menerus berupaya menrong-rong kemutlakan kekuasaan Tuhan yang selama ini diyakini manusia.
Maka oleh sebab itu kaum muslimin diharapkan untuk dengan segala macam daya kritis yang kita miliki untuk dapat membaca segala fenomena yang akan menjatuhkan kita pada hal-hal yang ditentang oleh agama kita. Karena perangkap iblis yang ada saat ini sungguh akan melenakan kita. Perangkap yang sangat sulit untuk mendeteksinya, sehingga kita hanya akan tersadar ketika kita sudah berada dalam siksaan Tuhan dan akan menyesali hal tersebut.
Ciputat, 09.



0 Comments: