LIPIA itu Wahabiy...???

LIPIA Jakarta itu, Wahabi karena institusi pendidikan ini didirikan oleh pemerintah Kerajaan Arab Saudi, karena di sini para mahasiswanya diajarkan bahwasanya memperingati maulidan itu adalah sebuah perbuatan bid’ah, Wahabi karena para mahasiswanya memakai celana menampakkan mata kaki, Wahabi karena para mahasiswinya menggunakan cadar atau kerudung yang lebar serta berbahan gelap.
Beberapa waktu lalu, seorang mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah asal Jakarta, menceritakan bahwasanya ia dulu pernah mendaftar dan diterima sebagai mahasiswa LIPIA Jakarta. Namun ketika ia mengkabari Kiyainya di pesantren yang berada di daerah Cirebon, Jawa Barat. Si Kiyai lantas melarang muridnya tadi melanjutkan perjalanan ngelmunya di LIPIA, karena menurut si KIyai LIPIA itu menganut mazhab Wahabiyah.
Di sebuah Majlis Ta’lim dalam peringatan maulid, seorang yang biasa di panggil dengan sebutan Kiyai oleh masyarakatnya, berorasi dengan semangat yang berapi-api tentang kewajiban memperingati maulid. Dan menentang setiap pihak yang mengharamkannya, serta menuduh LIPIA sebagai dalang dalam mengkampanyekan keharaman memperingati maulid.

Baru-baru ini, seorang santriwati di sebuah pondok pesantren di Padang Panjang, Sumatera Barat. Yang selama ini bertekad untuk melanjutkan pengembaraan thalabul ilminya di LIPIA Jakarta, tiba-tiba mengungkapkan keengganannya setelah mendengarkan Black campaign dari seorang oknum alumni pesantrennya yang menyatakan LIPIA mewajibkan para mahasiswinya untuk selalu berpakaian menutup aurat serta terbuat dari kain yang berbahan gelap.
Namun ketika ditanyakan tentang LIPIA dan segala dinamika pemikiran dan system yang berkembang di dalamnya tentu saja mereka tidak akan pernah mampu menjelaskannya. Selama ini mereka hanya mendengar desas desus negatif yang selalu mendeskriditkan LIPIA dari pihak yang memang hanya memendam rasa dendam, tanpa pernah melakukan kroscek akan kebenaran informasi yang mereka terima.
Ketika ditanya tentang LIPIA saja mereka tidak mampu menjelaskannya, apakah mereka akan bisa menjelaskan tentang judul Wahabi yang selama ini dipandang sebagai label ampuh untuk menyudutkan LIPIA. Tentu saja tidak bisa bahkan tak akan pernah bisa.
Hal ini sungguh sangat disayangkan, pasalnya dalam era post modern yang sarat dengan keterbukaan. Masih ada sebagian orang yang terjangkiti penyakit phobia yang tak berdasar. Dan anehnya lagi, generasi muda yang seharusnya mampu memposisikan sebagai lokomotif penggerak perubahan juga masih terkesan “tebang pilih” dalam mendalami semua disiplin ilmu pengetahuan, termasuk sejarah.
Sejatinya, apabila berbicara tentang pergerakan Wahabiyah. Kita tidak akan pernah bisa memisahkan sejarah bangsa ini dari organisasi pergerakan pemurniaan tauhid yang pada awalnya tumbuh dan berkembang di Negara Arab Saudi ini. Karena peran yang dimainkan oleh pergerakan Wahabiyah sangatlah besar dalam memperjuangkan kemerdekaan Negara Indonesia ini. Bahkan jauh sebelum pergerakan NU dan Muhammadiyah lahir dan berkembang di bumi Pertiwi.
Nama Wahabiyah sendiri merupakan sebuah penisbatan dari pendiri organisasi ini, yaitu Muhammad bin Abdul Wahab. Dan penting untuk diketahui, Wahabiyah bukanlah sebuah mazhab baru, seperti yang selama ini disangka oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Namun ia hanyalah sebuah organisasi pergerakan yang bertujuan untuk memurnikan aqidah kaum muslimin dari tindak kemusyrikan yang pada masa itu tengah meracuni kaum muslimin Arab. Walau pun dalam menjalankan misinya para jamaah Wahabiyah sering kali menggunakan cara-cara yang frontal. Jadi, Wahabiyah hanyalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang memprakarsai akan pemurnian kembali pemahaman Tauhid kaum muslimin, sama halnya dengan pergerakan Muhammadiyah di Indonesia.
Ada pun masuk dan perkembangan ide dan metode yang dipakai Wahabiyah di Indonesia bukanlah dibawa oleh LIPIA Jakarta, yang baru berdiri pada tahun 80 an. Tapi jauh sebelum itu, pada akhir abad 19 Wahabiyah sudah berkembang di Indonesia, tepatnya di Provinsi Sumatera Barat.
Pada akhir abad 19, ide pergerakan Wahabiyah dibawa ke Ranah Minang oleh Haji Miskin yang pada zaman itu baru kembali dari perjalanan menuntut ilmu di Tanah Haram. Selain dari Haji Miskin, tokoh penggerak Wahabiyah di Nagari Urang Awak lainnya adalah Tuangku Nan Renceh, Haji Sumanik, Haji Piobang, Tuangku Imam Bonjol dan beberapa orang lainnya. Mereka semuanya berjumlah delapan orang, dan di ranah minang mereka dikenal dengan sebutan Harimau Nan Salapan.
Dalam menjalankan misi dakwahnya, para tokoh Wahabiyah ini mendapat penentangan dari kaum adat. Walaupun Islam sudah berkembang di Sumatera Barat tapi prilaku dan akhlak masyarakat Minang saat itu jauh dari cermin seorang muslim. Budaya memberi sesajen kepada batu besar dan kuburan keramat masih ada, perjudian berkembang ditengah masyarakatnya. Dan mereka inilah yang dikenal sebagai kaum adat. Dalam perselisihan ini, Kaum adat dibantu oleh penjajah Belanda.
Akhirnya timbullah peperangan antara kaum Wahabiyah dengan kaum adat yang didukung oleh pemerintah kolonial Belanda. Dalam sejarah bangsa Indonesia perang ini dikenal sebagai perang Paderi. Yang selain sebagai sebuah perang dalam usaha pengusiran penjajah Belanda juga merupakan sebuah perang antara Kaum Wahabiyah yang mempunyai misi pemurnian tauhid dengan Kaum adat yang kental dengan budaya kemusyrikan. Dalam perang ini kaum Wahabiyah dipimpin oleh Tuangku Imam Bonjol.
Setelah Indonesia merdeka, tokoh Wahabiyah ini diangkat oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai salah seorang pahlawan nasional yang berjasa dalam mengusir penjajah dan mempertahankan tanah Indonesia. Tentu saja dengan adanya penganugerahan gelar pahlawan nasional ini menjadikan sejarah Indonesia tak akan pernah lepas dari kontribusi positif kaum Wahabiyah.
Akhirnya, kesimpulan yang menyatakan LIPIA sebagai ikon Wahabiyah merupakan sebuah pengkhianatan terhadap sejarah bangsa ini. Dan tentunya stigma yang selama ini melekat pada pergerakan Wahabiyah haruslah ditanggalkan. Karena sejarah tak kan bisa dibohongi. Walau semua orang berniat untuk menghapuskannya. Dan Wahabiyah tidaklah sedangkal yang selama ini kita terka. Juga tidak sedangkal pemikiran yang mereka mengaku Wahabi pahami saat ini.



0 Comments: